Kamis, 05 April 2012

Sosiologi Perkotaan


TUGAS SOSIOLOGI PERKOTAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Mid Semester
Mata Kuliah Sosiologi Perkotaan






Disusun Oleh :
Tri Hatmoko Jati Pamungkas
D3205034




JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2007


RESUME
PERPINDAHAN GOLONGAN MISKIN KOTA

LATAR BELAKANG
Pertumbuhan konsentrasi penduduk di kota-kota besar terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kinsley Davis (Breese, 1968 : 15) mencatat, misalnya bahwa pertumbuhan penduduk perkotaan di 34 negara sedang berkembang di dunia ketiga tahun 1940-an dan 1950-an mencapai angka rata-rata 4,5% per tahun (dengan variasi regional sebesar 4,7% untuk tujuh negara di Afrika, 15 negara Asia dan 4,3% untuk 12 negara di Amerika Latin), jauh lebih tinggi dari angka pertumbuhan 2,1% yang di alami negara-negara Eropa pada paro kedua abad XIX ketika negara-negara Eropa berada padatingkat perkembangan yang sama. Pada saat yang sama, pertumbuhan kota-kota tersebut ternyata tidak diikuti dengan kecepatan yang sebanding oleh pertumbuhan industrialisasi.
Dunia kontemporer telah mengalami perubahan yang dramatis, di mana masalah sosial ekonomi, politik, ekonomi dan lingkungan dipahami dan dijelaskan secara global. Dalam hal ini, urbanisasi di dunia ketiga dipahami dalam konteks akibat adanya proses sosial-ekonomi dan politik global. Prespektif logis analisis ini dikembangkan dengan dihubungkan pada perubahan sosio-ekonomi dunia dan dinamika mikro ekonomi, maka arena yang lebih luas dari ekonomi global dipengaruhi individu, keluarga, komunitas politik dan lainnya merupakan bagian dari proses perubahan.
Penelitian lai tentang struktur pekerjaan kota telah dilakukan oleh Evers (1980 dan 1991). Studi Evers tentang pasar tenaga kerja kota di Jakarta yang dimulai dari masalah penting perkembangan kota di negara-negara dunia ketiga, yaitu keterbelakangan kota. Adanya proses keterbelakangan ditandai dengan kehadiran ekonomi informal dan produksi subsistem. Pada sector informal ia mengenalkan bahwa aktivitas ekonomi informal berhubungan dengan ekonomi formal serta mempunyai sumbangan terhadap perkembangan ekonomi Jakarta secara keseluruhan.
Banyaknya kelompok yang tidak mampu mencapai hidup standar secara normal di kota-kota menjadikan tumbuhnya pemukiman liar (squatter settlement) yang tak tertata in order) dan bahkan pada terbentuknya wilayah kumuh (slum area). Menurut perkiraan, pada tahun 1987 kurang lebih 1 milyar penduduk perkotaan dunia berdiam di rumah-rumah yang kurang layak dan di negara sedang berkembang pada periode 1987-2000 bertambah sejumlah kurang lebih 750 juta orang yang harus ditampung oleh perkotaan yang telah padat dengan slum dan squatter.

TEORI
Dalam penelitian ini, penulis menggunakanteori migrasi yang di kemukakan oleh Gumilar Rusliwa Sumantri dalam mengkaji pola migrasi dalam kota di pemukiman liar Kentingan RT 01 RW XVII, Jebres, Surakarta. Teori yang menjelaskan bahwa migrasi penduduk merupakan proses sosial yang harus dipahami dan digambarkan secara menyeluruh yaitu mengenai mengapa migrasi terjadi bagaimana proses migrasi dan apa dampak migrasi  bagi perkembangan suatu kota. Teori inilah yang penulis pergunakan sebagai penddekatan untuk menjawab persoalan mengenai pola migrasi dalam kota dengan melihat proses pembentukan pemukiman liar Kentingan.
Relevensi yang ada antara hasil penelitian dengan teori tersebut adalah bahwa keberadaan pemukiman Kentingan belum memperoleh pengakuan legal formal dari pemerintah setempat serta tidak dapat kelengkapan ijin pertanahan sehingga dapat dikatakan liar.Dilihat dari status social ekonomi migrant pemukiman Kentingan dihuni oleh penduduk golongan miskin kota yang hidup dengan keadaan dan fasilitas alakadarnya. Migrasi yang terjadi pun secara bersamaan, baik oleh kaum migran yang asli dari surakarta ataupun migrant yang merupakan kelahiran luar kota Surakarta tetepi telah lama tinggal dan menetap di Surakarta. Pola migrasi dalam kota di pemukuman Kentingan sesuai dengan penjelasan pola migrasi dalam kota dari Gumilar yang meliputi perpindahan tempat tinggal migrant antar komunitas dalam batas wilayah satu kota bersangkutan. 
METODE PENELITIAN
1              Lokasi Penelitian
Penelitian tentang fenomena pemukiman baru dilakukan di pemukiman baru RT 01 RW 17 Kentingan, Jebres Surakarta, Pemilihan daerah penelitian ini didasari alasan karena adanya pemukiman baru di daerah tersebutdan dalam pembentukan pemukiman baru itu melibatkan trjadinya proses perpindahan penduduk miskin kota.
2              Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif (descriptive research), dimana dalam penelitian ini disajikan pencandraan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat satuan kajian atau daerah tersebut dengan maksud untuk menggambarkan data tentang masyarakat pemukiman yang terjadi, perubahan kualitas kehidupan dan kelangsungan hidup di pemukiman Kentingan.
3              Sumber Data
        Menurut lofland and lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitin kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya, Pada penelitian kualitatif, kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori migrasi yang dikemukakan oleh Gumelar Rusliwa Sumantri dalam mengkaji pola migrasi dalam kota di pemukiman liar kentingan RT 01 RW XVII, Jebres, Surakarta. Teori iyang menjelaskan bahwa migrasi penduduk merupakan proses sosial yang dinamis dalam masyarakat menekankan bahwa migrasi sebagai proses sosial yang harus dipahami dan digambarkan seara menyeluruh yaitu mengenai mengapa migrasi terjadi, bagaimana proses migrasi dan apa dampak migrasi bagi perkembangan suatu kota. Teori inilah yang penulis pergunakan sebagai pendekatan untuk menjawab persoalan mengenai pola migrasi dalam kota dengan melihat proses pembentukan pemukiman liar Kentingan.
Relevansi yang ada antara hasil penelitian dengan teori tersebut adalah bahwakeberadaan pemukiman Kentingan belum memperoleh pengakuan legak\l formal dari pemerintah setempat serta tidak terdapat kelengkapan izin pertanahan, sehingga dapat dikatakan liar. Dilihat dari status sosial ekonomi migran pemukiman Kentingan dihuni oleh penduduk golongan miskin kota yang hidup dengan keadaan dan fasilitas alakadarnya. Migrasi yang terjadipun secara bersamaan baik oleh kaum migran yang asli dari Surakarta ataupun migran yang merupakan kelahiran luar kota Surakarta tetapi telah lama tinggal dan menetap di Surakarta. Pola migrasi dalam kota di pemukiman Kentingan sesuai dengan penjelasan pola migrasi dalam kota dari Gumelar yang meliputi perpindahan tempat migran antar komunitas dalam batas wilayah satu kota bersangkutan.

HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian mengenai pola migrasi dalam kota pemukiman Kentingan yang telah dilaksanakan ini, dapat diketahui beberapa hal penting menyangkut pola migrasi yang terjadi dan proses pembentukan pemukiman. Hal-hal penting tersebut juga mencakup keberadaan status pemukiman yang sampai saat ini belum jelas. Dalam proses perjuangan warga pemukiman untuk mendapatkan pengakuan secara hukum dari pemerintah kota Surakarta, tetapi tangapan Pemkot Surakarta pun belum memberikan pengakuan legal formal. Selanjutnya masalah status tanah di pemukiman justru menjadi sumber konflik yang berkepanjangan, baik dengan pihak pemerintah kota maupun dengan pemilik sertifikat tanah. Sehingga pemukiman Kentingan merupakan salah satu bentuk pemukiman liar yang terdapat di Surakarta.
Dari hasil penggalian dan analisis data yang dilakukan selama proses penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Pola migrasi dalam kota yang terjadi di pemukiman Kentingan adalah dilakukan oleh masyarakat golongan miskin kota dengan karakteristik tingkat pendidikan, skill dan penghasilan yang rendah, bekerja pada sektor formal dan hidup dengan kondisi ala kadarnya. Golongan miskin tersebut pindah secara bersama-sama dalam menempati wilayah di tanah Kentingan. Sedangkan secara administratif mayoritas hasil dari kecamatan Jebres. Mereka yang telah bermigrasi ke pemukiman Kentingan tetap melakukan migrasi ulang alik ke daerah asal untuk mencukupi kebutuhan hidup
2.      Pembentukan pemukiman diawali sejak kegagalan masyarakat menempati tanah Pendaringan, karena tanah tersebut diklaim sebagai tanah milik aset daerah. Secara konsep proses penempatan di pemukiman liar Kentingan adalah proses invasi, karena kelompok masyarakat tersebut adalah golongan miskin kota yang berpindah menempati wilayah kosong di tanah kentingan. Lebih lanjut muncul kesadaran bersama yang senasib sepenanggungan sampai pada munculnya gerakan pembangunan dan koordinasi yang bersifat swadaya menuju perbaikan keadaan.

DAFTAR PUSTAKA

Alan Gilbert & Josef Gugler, Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia ke Tiga Penerbit Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996
Gumilar Rusliwa Somantri, Migration Within, City, Disertasi di Biefield University, 1995.
Moleong, Lexy,  Metode Penelitian Kualitatif. Rosdakarya, Bandung, 1991
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, CV. Rajawali, Jakarta, 1985
Thudipara Jacob Z, Urban Community Development, Rawat Publications, Jaipur and New Delhi, 1993.
Titorpe, J.E. Gold. Sosiologi Dunia ke Tiga Kesenjangan dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta. 1992.
JIS, Edisi IV, Tumbuhnya Pemukiman-pemukiman liar di Daerah Perkotaan Sebagai Akibat Dari Urbanisasi yang Tinggi. Siswono Judohusodo, 1999
Dorojatun Kutjoro Jakti, Kemiskinan di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 1986



Tidak ada komentar:

Posting Komentar