TUGAS SOSIOLOGI PERKOTAAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Mid
Semester
Mata Kuliah Sosiologi Perkotaan
Disusun Oleh :
Tri Hatmoko Jati Pamungkas
D3205034
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2007
RESUME
PERPINDAHAN GOLONGAN MISKIN KOTA
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan konsentrasi penduduk di kota-kota besar terjadi dengan
kecepatan yang sangat tinggi. Kinsley Davis (Breese, 1968 : 15) mencatat,
misalnya bahwa pertumbuhan penduduk perkotaan di 34 negara sedang berkembang di
dunia ketiga tahun 1940-an dan 1950-an mencapai angka rata-rata 4,5% per tahun
(dengan variasi regional sebesar 4,7% untuk tujuh negara di Afrika, 15 negara
Asia dan 4,3% untuk 12 negara di Amerika Latin), jauh lebih tinggi dari angka
pertumbuhan 2,1% yang di alami negara-negara Eropa pada paro kedua abad XIX
ketika negara-negara Eropa berada padatingkat perkembangan yang sama. Pada saat
yang sama, pertumbuhan kota-kota tersebut ternyata tidak diikuti dengan
kecepatan yang sebanding oleh pertumbuhan industrialisasi.
Dunia kontemporer telah mengalami perubahan yang dramatis, di mana
masalah sosial ekonomi, politik, ekonomi dan lingkungan dipahami dan dijelaskan
secara global. Dalam hal ini, urbanisasi di dunia ketiga dipahami dalam konteks
akibat adanya proses sosial-ekonomi dan politik global. Prespektif logis
analisis ini dikembangkan dengan dihubungkan pada perubahan sosio-ekonomi dunia
dan dinamika mikro ekonomi, maka arena yang lebih luas dari ekonomi global
dipengaruhi individu, keluarga, komunitas politik dan lainnya merupakan bagian
dari proses perubahan.
Penelitian lai tentang struktur pekerjaan kota telah dilakukan oleh Evers (1980 dan
1991). Studi Evers tentang pasar tenaga kerja kota
di Jakarta yang dimulai dari masalah penting
perkembangan kota di negara-negara dunia ketiga,
yaitu keterbelakangan kota.
Adanya proses keterbelakangan ditandai dengan kehadiran ekonomi informal dan
produksi subsistem. Pada sector informal ia mengenalkan bahwa aktivitas ekonomi
informal berhubungan dengan ekonomi formal serta mempunyai sumbangan terhadap
perkembangan ekonomi Jakarta
secara keseluruhan.
Banyaknya kelompok yang tidak mampu mencapai hidup standar secara normal
di kota-kota menjadikan tumbuhnya pemukiman liar (squatter settlement) yang tak
tertata in order) dan bahkan pada terbentuknya wilayah kumuh (slum area).
Menurut perkiraan, pada tahun 1987 kurang lebih 1 milyar penduduk perkotaan
dunia berdiam di rumah-rumah yang kurang layak dan di negara sedang berkembang
pada periode 1987-2000 bertambah sejumlah kurang lebih 750 juta orang yang
harus ditampung oleh perkotaan yang telah padat dengan slum dan squatter.
TEORI
Dalam penelitian ini, penulis menggunakanteori migrasi yang di kemukakan
oleh Gumilar Rusliwa Sumantri dalam mengkaji pola migrasi dalam kota di pemukiman liar Kentingan RT 01 RW XVII, Jebres, Surakarta. Teori yang
menjelaskan bahwa migrasi penduduk merupakan proses sosial yang harus dipahami
dan digambarkan secara menyeluruh yaitu mengenai mengapa migrasi terjadi
bagaimana proses migrasi dan apa dampak migrasi
bagi perkembangan suatu kota.
Teori inilah yang penulis pergunakan sebagai penddekatan untuk menjawab
persoalan mengenai pola migrasi dalam kota
dengan melihat proses pembentukan pemukiman liar Kentingan.
Relevensi yang ada antara hasil penelitian dengan teori tersebut adalah
bahwa keberadaan pemukiman Kentingan belum memperoleh pengakuan legal formal
dari pemerintah setempat serta tidak dapat kelengkapan ijin pertanahan sehingga
dapat dikatakan liar.Dilihat dari status social ekonomi migrant pemukiman
Kentingan dihuni oleh penduduk golongan miskin kota yang hidup dengan keadaan dan fasilitas
alakadarnya. Migrasi yang terjadi pun secara bersamaan, baik oleh kaum migran
yang asli dari surakarta ataupun migrant yang
merupakan kelahiran luar kota Surakarta tetepi telah lama tinggal dan
menetap di Surakarta. Pola migrasi dalam kota di
pemukuman Kentingan sesuai dengan penjelasan pola migrasi dalam kota dari Gumilar yang meliputi perpindahan tempat tinggal
migrant antar komunitas dalam batas wilayah satu kota bersangkutan.
METODE PENELITIAN
1
Lokasi Penelitian
Penelitian tentang fenomena pemukiman baru dilakukan
di pemukiman baru RT 01 RW 17 Kentingan, Jebres Surakarta, Pemilihan daerah
penelitian ini didasari alasan karena adanya pemukiman baru di daerah
tersebutdan dalam pembentukan pemukiman baru itu melibatkan trjadinya proses
perpindahan penduduk miskin kota.
2
Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
(descriptive research), dimana dalam penelitian ini disajikan pencandraan
secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
satuan kajian atau daerah tersebut dengan maksud untuk menggambarkan data
tentang masyarakat pemukiman yang terjadi, perubahan kualitas kehidupan dan
kelangsungan hidup di pemukiman Kentingan.
3
Sumber Data
Menurut
lofland and lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitin kualitatif
ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui
catatan tertulis atau melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya, Pada penelitian
kualitatif, kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah dan
senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan.
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teori migrasi yang dikemukakan oleh Gumelar Rusliwa Sumantri dalam
mengkaji pola migrasi dalam kota di pemukiman liar kentingan RT 01 RW XVII,
Jebres, Surakarta. Teori iyang menjelaskan bahwa migrasi penduduk merupakan
proses sosial yang dinamis dalam masyarakat menekankan bahwa migrasi sebagai
proses sosial yang harus dipahami dan digambarkan seara menyeluruh yaitu
mengenai mengapa migrasi terjadi, bagaimana proses migrasi dan apa dampak
migrasi bagi perkembangan suatu kota. Teori inilah yang penulis pergunakan
sebagai pendekatan untuk menjawab persoalan mengenai pola migrasi dalam kota
dengan melihat proses pembentukan pemukiman liar Kentingan.
Relevansi yang ada antara hasil
penelitian dengan teori tersebut adalah bahwakeberadaan pemukiman Kentingan
belum memperoleh pengakuan legak\l formal dari pemerintah setempat serta tidak
terdapat kelengkapan izin pertanahan, sehingga dapat dikatakan liar. Dilihat
dari status sosial ekonomi migran pemukiman Kentingan dihuni oleh penduduk
golongan miskin kota yang hidup dengan keadaan dan fasilitas alakadarnya.
Migrasi yang terjadipun secara bersamaan baik oleh kaum migran yang asli dari
Surakarta ataupun migran yang merupakan kelahiran luar kota Surakarta tetapi
telah lama tinggal dan menetap di Surakarta. Pola migrasi dalam kota di
pemukiman Kentingan sesuai dengan penjelasan pola migrasi dalam kota dari Gumelar
yang meliputi perpindahan tempat migran antar komunitas dalam batas wilayah
satu kota bersangkutan.
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian mengenai pola migrasi dalam kota pemukiman Kentingan
yang telah dilaksanakan ini, dapat diketahui beberapa hal penting menyangkut
pola migrasi yang terjadi dan proses pembentukan pemukiman. Hal-hal penting
tersebut juga mencakup keberadaan status pemukiman yang sampai saat ini belum
jelas. Dalam proses perjuangan warga pemukiman untuk mendapatkan pengakuan
secara hukum dari pemerintah kota Surakarta, tetapi tangapan Pemkot Surakarta
pun belum memberikan pengakuan legal formal. Selanjutnya masalah status tanah
di pemukiman justru menjadi sumber konflik yang berkepanjangan, baik dengan
pihak pemerintah kota maupun dengan pemilik sertifikat tanah. Sehingga
pemukiman Kentingan merupakan salah satu bentuk pemukiman liar yang terdapat di
Surakarta.
Dari hasil penggalian dan analisis data yang dilakukan selama proses
penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Pola migrasi dalam kota yang terjadi di pemukiman
Kentingan adalah dilakukan oleh masyarakat golongan miskin kota dengan
karakteristik tingkat pendidikan, skill dan penghasilan yang rendah, bekerja
pada sektor formal dan hidup dengan kondisi ala kadarnya. Golongan miskin
tersebut pindah secara bersama-sama
dalam menempati wilayah di tanah Kentingan. Sedangkan secara administratif
mayoritas hasil dari kecamatan Jebres. Mereka yang telah bermigrasi ke pemukiman
Kentingan tetap melakukan migrasi ulang
alik ke daerah asal untuk mencukupi kebutuhan hidup
2.
Pembentukan pemukiman diawali sejak kegagalan
masyarakat menempati tanah Pendaringan, karena tanah tersebut diklaim sebagai
tanah milik aset daerah. Secara konsep proses penempatan di pemukiman liar Kentingan
adalah proses invasi, karena kelompok
masyarakat tersebut adalah golongan miskin kota yang berpindah menempati
wilayah kosong di tanah kentingan. Lebih lanjut muncul kesadaran bersama yang
senasib sepenanggungan sampai pada munculnya gerakan pembangunan dan koordinasi
yang bersifat swadaya menuju perbaikan keadaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alan Gilbert & Josef Gugler, Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia ke Tiga Penerbit Tiara Wacana, Yogyakarta,
1996
Gumilar Rusliwa Somantri, Migration Within, City, Disertasi di Biefield University, 1995.
Moleong, Lexy,
Metode Penelitian Kualitatif.
Rosdakarya, Bandung, 1991
Ritzer, George, Sosiologi
Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, CV. Rajawali, Jakarta, 1985
Thudipara Jacob Z, Urban Community Development, Rawat Publications, Jaipur and New
Delhi, 1993.
Titorpe, J.E. Gold. Sosiologi Dunia ke Tiga Kesenjangan dan Pembangunan, PT. Gramedia,
Jakarta. 1992.
JIS, Edisi IV, Tumbuhnya
Pemukiman-pemukiman liar di Daerah Perkotaan Sebagai Akibat Dari Urbanisasi
yang Tinggi. Siswono Judohusodo, 1999
Dorojatun Kutjoro Jakti, Kemiskinan di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 1986